Semua
orang bingung akan sikap suami itu. Dari tetangga, keluarga dan sahabat
dekatnya serta istrinya sendiri pun bertanya-tanya mengapa setiap malam hari
sang suami tak ingin dilihat dan di rumahnya tak boleh menghidupkan cahaya apapun.
Keanehan itu pun sering membuat warga desa, terutama teman sang gadis cemas.
Rumah
mewah tanpa cahaya di malam hari dan sang suami yang tak pernah terlihat oleh
orang di malam hari ternyata membuat banyak opini di kalangan masyarakat. Sang
gadis pun sering dihina dan dicerca. Tekanan batin pun melanda sang gadis.
Walau secara materiil, ia sangat tercukupi dengan harta sang suami, namun ia
sangat merasa tertekan. Menghadapi ini sang gadis pun curhat kepada
teman-temannya.
“Hai,
temanku semenjak aku menikah aku tak merasa bahagia. Suamiku selalu membuatku
bertanya-tanya. Tetanggaku juga sering mengosipkan hal-hal buruk tentang
keluargaku,”kata sang gadis sedih.
“Tenanglah,
tapi kenapa suamimu menjadi seperti itu?”
“Aku
juga tak tahu. Sudah berulang kali aku bertanya tetapi aku sering dimarahi
olehnya karena itu. Beliau bilang untuk tidak bertanya lagi jika aku ingin
bahagia,” jawab sang gadis.
“Sepertinya
kamu harus menyelidiki itu. Mungkin suamimu itu terkena masalah besar.”
“Mungkin
dia terkena penyakit, perusahaannya bangkrut, atau…”terka salah satu temannya.
“Lalu
apa yang harusku lakukan?”
“Hemmm…”suasana
pun menjadi sepi sampai salah seorang teman lelaki sang gadis itu berbicara.
“Aku akan membantumu. Carilah sesuatu barang yang mencurigakan ketika suamimu
itu keluar dari rumah.”
Keesokan
harinya ketika sang suami pergi kerja, sang gadis itu pun melaksanakan saran
teman lelakinya itu. Beliau percaya bahwa teman lelakinya itu akan membantunya.
Setelah beberapa saat mencari, sang gadis menemukan 2 bulu yang tergeletak di
dekat jendela kamar sang suami. Ia pun mengira bulu itu hanyalah bulu burung
yang terbang di sekitar kamar. Sang gadis pun tidak menceritakan ini pada teman
lelakinya. Keesokan harinya, sang gadis mencari sesuatu yang tidak beres, ia
menemukan 3 bulu di dekat kasur sang suami. Melihat hal ini ia mulai curiga.
Akhirnya sang gadis menceritakan ini pada teman lelakinya.
“Aku
menemukan 3 bulu ini setiap hari di
sekitar kamar suamiku,”kata sang gadis.
“Setiap
hari? Setahuku ini adalah pertanda negative. Tiga bulu ini sering diibaratkan
sebagai pertanda buruk dimana ini adalah tanda ilmu hitam dan kematian.”
“Apa
maksudmu?”
“Bukannya
aku menakutimu tapi mungkin suamimu ikut berguru pada padepokan ilmu hitam tahu
yang lebih parah ia…Oh, apa pekerjaan suamimu?”
“Aku
juga tidak tahu pasti. Namun setahuku ia hanyalah karyawan sebuah perusahaan
dan kata tetangga ia hanyalah karyawan golongan rendah di kantornya. Maksudmu
apa yang lebih parah?”
“Suamimu
pernah bekatakan, kalau kamu jangan banyak bertanya agar bahagia. Jadi mungkin
saja suamimu mengambil pesugihan.”
“Apa
pesugihan?Tidak mungkin…Jangan asal bicara kamu.”
“Tapi
ini benar jika tak percaya. Coba kamu hidupkan cahaya di malam hari dan
masuklah ke mar suamimu itu.”
“Aku
tidak percaya padamu. Aku kira kamu akan membantu tapi kamu ternya sama dengan
tetangga dan sahabat lain yang hanya bisa berprasangka buruk,” kata sang gadis
dengan rasa kecewa, marah, dan sedih. Sang gadis pun berusaha meneliti sang
suami lagi. Rasa sedih dan tekanan batin semakin bertambah dalam benak sang
gadis. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Setiap hari ia menemukan 3 bulu
aneh di kamar sang suami. Namun pada hari itu ia juga menemukan kertas
bertulisan huruf jawa kuno dengan sebuah kata yang terbaca adalah 3 bulu.
Gejolak jiwa
sang gadis pun meluap. Celaan, makian, prasangka buruk membuat ia ingin
membongkar rahasia dibalik keanehan sang suami. Ia pun bertanya ke orang pitar
sampai ustad. Sampai akhirnya pada suatu
hari, sang gadis memberanikan diri untuk melaksanakan saran teman lelaki itu.
“Mas, maafkan
aku! Aku sudah tak tahan akan sikap anehmu itu,” kata sang gadis sambil
menghidupkan lampu di rumah.
“Jangan-jangan
lakukan itu. Kamu akan menyesal nanti” jawab sang suami.
“Aku Tak akan
menyesal. Lebih baik aku tahu kenapa aku harus mematikan lampu pada malam hari
dan menyesal daripada aku harus menerima tekanan batin ini,”kata sang gadis
sambil membuka pintu.
Setelah
dibuka, didapatinya sang suami bersama beberapa temannya sedang membuat sulak dari
bulu. Seperti terguyur air, rasa legapun menghampiri.
“Apa yang kau
lakukan?Apa ini penyebabnya?”
“Ia isteriku,
sebenarnya aku tidak memperbolehkan kamu menghidupkan cahaya karena aku dan
teman-temanku baru membuat sulak. Aku tak ingin kamu sedih melihat pekerjaan
suamimu ini.”
“Lalu mengapa
tiap hari ada 3 bulu dan ada kertas bertuliskan huruf jawa kuno dengan sebuah
kata di dengan yang bertuliskan 3 bulu?”
“Kami ini
berencana membuat pabrik khusus barang-barang dengan bahandasar bulu. Kertas
itu sebenarnya adalah design label perusahaan kita,”jelas sang suami.
“Dan
sebenarnya 3 bulu yang ada itu hanyalah ulah iseng aku,”jelas sang sahabat.
Categories:
cerpen