Journey of NaiTsa

Ini merupakan bagian pembahasan ini dan kelanjutan dari posting sebelumnya yaitu http://naimashare.blogspot.com/2013/01/sendangsani-tlogowungu-pati-jawa-tengah.html
 
PEMBAHASAN
                                                           BAB II

SENDANG SANI

Sendang Sani merupakan sumber air yang dianggap keramat karena konon tercipta oleh mukjizat Sunan Bonang. Oleh karena itu, Sendang Sani merupakan salah satu tempat dan situs bersejarah di Kabupaten Pati, karena di Sendang Sani penuh dengan cerita bersejarah yang terjadi beratus-ratus tahun yang lalu.
Sendang Sani terletak di Dukuh Sani, Desa Tamansari, Tlogowungu, Pati, Jawa Tengah. Tepatnya terletak lebih kurang 6 km di sebelah utara kota Pati. Atau lebih mudahnya dekat dengan lokasi wisata Sendang Marta Tirta Sani.
Sendang Sani merupakan suatu kawasan yang terdiri dari suatu sendang yaitu tempat air seperti danau yang agak kecil. Sendang  tersebut berisi air yang konon tidak pernah kering dan juga tidak pernah meluap. Dengan kata lain volume air sendang tersebut selalu tetap walaupun terjadi kekeringan di musim kemarau maupun terjadi hujan di musim penghujan. Kedalaman air yang terdapat pada Sendang Sani yaitu sekitar kurang lebih 2 meter. Sehingga, setiap orang yang mengunjungi sendang tersebut harus berhati-hati.
Di dalam Sendang Sani selain hanya berisi air, juga terdapat sebuah bulus dengan ukuran yang cukup besar. Bulus tersebut juga dianggap keramat oleh penduduk sekitar. Adapun makanan untuk bulus tersebut yaitu telur rebus, roti, ataupun nasi.
Tidak hanya bulus, di dalam sendang juga terdapat beberapa ikan, contohnya ikan guramai yang dibiarkan hidup secara alamiah tanpa diberi makanan oleh penjaganya. Ikan tersebut tidak pernah diambil oleh orang lain walaupun sudah besar dan dibiarkan hidup bebas.
Para penduduk yang tinggal di sekitar Desa Tamansari mempercayai bulus yang ada di dalam sendang tersebut merupakan penjelmaan dari pengawal Sunan Bonang, yang dipercaya didatangkan untuk menjaga Dukuh Sani dan sekitarnya. Oleh karena itu, tidak salah kalau ada beberapa penduduk yang ingin bekerja (membuka warung) di sekitar lokasi Sendang Sani sering kali meminta restu terlebih dahulu agar bisa dilancarkan dalam bekerja. Namun, tidak semua penduduk di Desa Tamansari mempercayai mitos tersebut.
Bulus tersebut juga tidak diberi makanan oleh penjaganya. Bulus tersebut baru mendapatkan makanan, jika ada acara atau ada penduduk yang ingin memberikan makanan di sendang tersebut, seperti penduduk yang ingin mengadakan tasyakuran di kawasan Sendang Sani ataupun orang-orang asing yang hanya ingin mengunjungi kawasan Sendang Sani untuk sekedar berwisata sejarah.
Masih di satu komplek kawasan Sendang Sani juga terdapat sebuah makam Adipati Pragola beserta pengawalnya dan masih dianggap keramat oleh penduduk sekitarnya. Selain itu, ada suatu ritual tahunan yang selalu dilakukan di kawasan Sendang Sani. Setiap tahun tepatnya pada bulan Mulud (Rabiul Awal) selalu diadakan prosesi upacara oleh Yayasan Handodento yang bernama Upacara Handodento.
Sendang Sani memiliki sebuah yayasan khusus di Yogyakarta, di mana yayasan ini yang selalu membaantu pengembangan kawasan di sekitar Sendang Sani. Yayasan ini bernama Yayasan Handodento. Yayasan Handodento juga setiap tahunnya, tepatnya setiap bulan Mulud (Rabiul Awal) selalu mengadakan prosesi atau upacara Handodento di kawasan Sendang Sani dan makam Adipati Pragola.
Saat ini di area Sendang Sani tidak hanya terdapat sendang melainkan ada sebuah tempat yang dinamakan Paseban. Pasembah ini merupakan sebuah tempat untuk mengheningkan diri (bersemedi) untuk memohon kepada Sang Pencipta. Selain pasembah juga ada Padusan. Padusan sendiri merupakan sebuah tempat untuk mandi yang airnya diambil dari Sendang Sani yang sementara dipercayai beberapa penduduk membawa berkah. Namun seiring berjalannya waktu, padusan sudah jarang digunakan oleh penduduk sekitar untuk mandi.
Sekarang, kawasan Sendang Sani tidak hanya dianggap sebagai suatu situs bersejarah saja melainkan juga dianggap seperti tempat wisata. Orang-orang yang datang di Sendang Sani tidak hanya akan mengetahui tentang sejarah dari terbentuknya Sendang Sani melainkan juga bisa sekaligus berwisata menikmati sendang. Apalagi, sekarang di sekitar kawasan juga sudah didirikan tempat wisata bernama Sendang Marta Tirta Sani. Sehingga, kalau pergi ke kawasan Sendang Sani akan dapat memperoleh dua manfaat sekaligus, yaitu akan mendapatkan pendidikan sejarah serta hiburan.
Bila berkunjung di Sendang Sani, kita tidak perlu takut. Walaupun Sendang Sani merupakan kawasan yang banyak cerita sejarah, tidak ada pantangan bagi para pengunjung hanya saja kita hanya perlu bersikap sopan dan tidak melakukan tingkah laku yang berbau porno. Akan tetapi ada mitos yang berkembang di kalangan penduduk Desa Tamansari bahwa khusus di dalam kawasan Sendang Sani sebaiknya tidak digunakan sebagai kawasan untuk berpacaran. Karena konon, menurut cerita ada beberapa pasangan yang berpacaran di kawasan Sendang Sani akan putus dan tidak akan berlanjut.
Di dekat Sendang Sani juga terdapat sebuah makam yang disebut Makam Sakabat. Dulunya, makam ini merupakan makam dari penjaga Sendang Sani pertama yaitu pengawal Sunan Bonang, Ki Ahmad. Namun kini menjadi pemakaman umum untuk penduduk Desa Tamansari.

BAB III
ASAL USUL SENDANG SANI

Dahulu kala, Sunan Bonang bersama dengan ketiga sekabatnya yang bernama Ki Dudho, Ki Ahmad, dan Kosim pergi ke Muria guna bertemu dengan para Sunan dalam artian untuk konsultasi. Di tengah perjalanan dan sudah waktunya untuk sholat dzuhur, Sunan Bonang dan ketiga sekabatnya hendak menunaikan sholat dzuhur, tapi tidak ada air untuk wudhu. Sunan Bonang pun menyuruh dua sekabatnya, Ki Dudho dan Ki Ahmad untuk mencari air yang akan digunakan untuk wudhu. Maka, pergilah dua sekabat Sunan Bonang tersebut dengan membawa bumbung bambu bekas tempat minum yang digunakan dalam perjalanan. Pergilah Ki Dudho dan Ki Ahmad, di suatu tempat yang terdapat burung kuntul terbang melayang. Pikir Ki Dudho dan Ki Ahmad, di bawah/sekitar burung kuntul terbang melayang pasti ada sumber air. Dan saat Ki Dudho dan Ki Ahmad menengok, kebetulan memang terdapat sumber air. Tanpa pikir panjang, Ki Dudho dan Ki Ahmad langsung mengambil air lalu dimasukkan ke dalam bumbung bambu tadi. Setelah mendapat air, Ki Dudho dan Ki Ahmad segera kembali ketempat Sunan Bonang. Namun, di tengah perjalanan, Ki Dudho merasa haus. Diminumlah air tadi sampai setengah bumbung. Lalu, Ki Dudho dan Ki Ahmad melanjutkan perjalanan. Setelah sampai di tempat Sunan Bonang, air tadi di berikan kepada  Sunan Bonang. Dan Sunan Bonang tidak mau menerima air tersebut, karena air itu adalah air sisa Ki Dudho. Sunan Bonang berkata bahwasannya beliau tidak mau menggunakan air tersebut untuk wudhu karena sudah diminum oleh Ki Dudho. Dalam tembung Jawa adalah NYISANI. Sunan Bonang juga berkata bahwa kelak kalau desa tersebut sudah ramai akan menjadi dukuh yang diberi nama Dukuh Sani (berasal dari kata ‘nyisani’).
            Sunan Bonang pun melanjutkan perjalanan ke Muria. Namun Beliau hanya mengajak Kosim dan meninggalkan Ki Dudho dan Ki Ahmad di Dukuh Sani tadi. Sunan Bonang menancapkan tongkat dan berpesan kepada Ki Dudho dan Ki Ahmad untuk menjaga tongkat tersebut sampai Sunan Bonang kembali. Beliau berpesan kalau tongkat yang ditancapkan Sunan Bonang jangan dicabut sampai Sunan Bonang kembali dari Muria. Dan pergilah Sunan Bonang menuju Muria.
Tapi, ketika Sunan Bonang pergi, Ki Dudho tidak menjalankan pesan Sunan Bonang. Dicabutlah tongkat Sunan Bonang. Kebetulan saat tongkat dicabut, keluarlah sumber air yang besar dan jernih. Seketika Ki Dudho langsung masuk ke air berteriak-teriak kegirangan karena senang ada sumber air. Ki Ahmad yang mengetahui hal tersebut hanya menunggui Ki Dudho.
Ketika Ki Dudho baru menikmati sumber air tersebut, kebetulan saat itu Sunan Bonang kembali dari Muria dan datang ke Sani terkejut melihat ada sumber air sebesar itu. Lalu Sunan Bonang bertanya ke Ki Ahmad bahwasannya ada sumber air sebesar itu dari mana. Ki Amad menjawab kalau tongkat Sunan Bonang yang ditancapkan di Sani telah dicabut oleh Ki Dudho dan keluarlah sumber air yang besar. Sunan Bonang kembali bertanya dimana keberadaan Ki Dudho. Ki Ahmad menjawab kalau Ki Dudho berada di dalam air sedang berenang. Lalu Ki Dudho dipanggil Sunan Bonang. Beliau pun bertanya kepada Ki Dudho, kenapa Ki Dudho tidak mau keluar dari air. Ki Dudho menjawab kalau dia tidak mau keluar dari air karena senang ada di sumber air sebesar dan sejernih itu, apalagi rasanya sejuk sekali. Dia merasa senang dan bangga. Lalu dia dipanggil Sunan Bonang lagi untuk meyakinkan kalau Ki Dudho benar-benar tidak mau keluar dari air. Jawaban Ki Dudho tetap tidak. Setelah itu, Ki Dudho merangkak ke dalam air. Sabda Sunan Bonang pada Ki Dudho “Kamu kok merangkak dalam air seperti bulus”. Dan jadilah sekabat Sunan Bonang yang bernama Ki Dudho menjadi bulus di dalam air. Sunan Bonang bersabda kalau besok nantinya bulus tersebut akan jadi keramat Sendang Sani tempatnya Ki Dudho yang jadi bulus. Lalu Sunan Bonang berencana kembali meneruskan perjalanan menuju Tuban.
Dan Beliau berpesan pada Ki Ahmad kalau Ki Ahmad disuruh menunggui/ menemani Ki Dudho yang sudah menjadi bulus. Ki Ahmad menjawab jika dia menunggui Ki Dudho, dia makan apa. Dan Sunan Bonang menjawab kalau besok tempat tersebut akan ramai dan banyak orang yang berkunjung. Serta orang-orang yang berkunjung dengan keinginan dan cita-cita yang mulia maka akan bersyukuran di Sendang Sani itu dengan membawa ayam ingkung dan nasi yang akan dikasihkan di Sendang Sani. Termasuk orang yang mempunyai kepercayaan dan keyakinan kalau keinginannya terjadi, hanya Tuhan yang menguasai dan kebetulan cia-citanya terjadi di Sendang Sani. Lalu Ki Dudho makannya nasi bucem dan telur. Sedangkan Ki Ahmad mendapat upah dari orang-orang yang punya hajat. Dan Sunan Bonang selesai dengan sabdanya : 1. Jadi Dukuh Sani, 2. Keramat Sendang Sani. Akhirnya Sunan Bonang meneruskan perjalanan ke Tuban di temani Ki Kosim. Sedangkan Ki Dudho dan Ki Ahmad selalu bertempat di Sendang Sani. Di Sani, Ki Ahmad menjadi juru kunci/penjaga bulus di Sendang Sani. Itulah asal mula Dukuh Sani dan Sendang Sani.


BAB IV
TRADISI-TRADISI SENDANG SANI

Sebagai salah satu tempat dan situs bersejarah, Sendang Sani memiliki tradisi yang dari dulu sampai sekarang masih berkembang. Tradisi tersebut terus dibudidayakan hingga saat ini dengan tujuan agar orang-orang zaman sekarang masih dapat mengetahui tentang tradisi tersebut.
Salah satu tradisi yang masih tetap berkembang di kawasan Sendang Sani yaitu upacara Handodento. Upacara Handodento selalu dilaksanakan setiap tahun tepatnya setiap bulan Mulud (Rabiul Awal).
Adapun tata upacara Handodento yaitu diikuti oleh beberapa orang dari Yayasan Handodento yang berada di Yogyakarta. Orang-orang tersebut datang ke Sendang Sani dengan mengenakan pakaian lengkap jawa asli, yaitu berupa jarik (semacam kain yang lebar dan memiliki motif batik atau biasanya disebut dengan kain batik, biasanya dilengkapi dengan kemben sebagai pasangannya untuk mengenakan jarik ini) dan kebaya serta juga  disertai dengan sanggul asli jawa bukan sanggul modern bagi kaum wanita. Berbeda dengan kaum wanita, untuk kaum lelaki hanya menggenakan jarik, pakaian beskap (sebuah pakaian asli jawa yang bentuknya seperti jas namun jas tersebut lebih pendek), serta juga mengenakan blangkon (seperti topi atau tutup kepala yang terbuat dari kain, biasanya kain yang digunakan untuk membuat blangkon berasal dari kain batik).
Para peserta upacara Handodento kemudian berjalan dari dalam Sendang Sani sampai dengan makan Adipati Pragola Pati yang lokasinya tidak begitu jauh dari kawasan Sendang Sani. lokasinya hanya sekitar berjarak kurang lebih 100 m dan hanya melewati sebuah jalan yang menanjak di mana di sebelah kanan dan kirinya terdapat sawah-sawah milik penduduk sekitar. Mereka berjalan dengan berbaris serta berjongkok dengan pelan-pelan. Dan sesampainya di makam Adipati Pragola Pati, para peserta upacara melakukan beberapa ritual kejawen.
Selain tradisi upacara Handodento, juga ada tradisi syukuran. Sebenarnya syukuran bukan termasuk tradisi karena tidak rutin dilakukan. Namun, ada beberapa warga yang mengatakan kalau syukuran termasuk tradisi karena masih beberapa warga yang menjalaninya. Namun, tradisi ini hanya dilakukan oleh penduduk sekitar, tidak dilakukan oleh suatu yayasan. Biasanya syukuran diadakan oleh penduduk yang baru saja menerima suatu berkah atau anugrah yang besar ataupun biasanya yang sebelumnya disertai dengan nadzar.
Syukuran yang dilaksanakan biasanya ditandai dengan adanya nasi tumpeng dan seekor ingkung (seekor ayam yang dibiarkan tetap utuh atau dengan kata lain tidak dipotong-potong dan langsung dimasak, biasanya dimasak opor). Adapun tempat diadakan syukuran yaitu di sebuah tempat seperti sebuah pendopo yang berukuran lebih kecil di mana letaknya berdekatan tepat di samping tempat Sendang Sani berada.
Adapun beberapa acara yang biasanya dilakukan saat syukuran berlangsung yaitu diantaranya doa bersama dan diakhiri dengan pemotongan tumpeng sebagai tanda bersyukur atas berkah dan anugrah yang diberikan oleh Allah. Para peserta syukuran juga biasanya memberikan telur rebus kepada bulus yang terdapat pada Sendang Sani sebagai makanan bulus tersebut.

BAB V
PERKEMBANGAN SENDANG SANI

Dalam perkembangannya, Sendang Sani ini sudah mengalami banyak perubahan. Perubahan itu dilakukan oleh Yayasan Kraton Pamenang Kediri dan Yogyakarta dan yayasan swasta perseorangan yang menangani Sendang Sani ini. Perubahan-perubahan yang telah dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Telah direnovasinya bangunan ini dengan membuat pagar baru yang terbuat dari tembok. Dulunya pagar yang membatasinya hanyalah terbuat dari bambu.
2.      Selain membuat pagar baru ditambahkan pula sebuah gapura pintu masuk.
3.      Di dalamnya juga dibangun bangunan yang berbentuk seperti pendopo yang digunakan untuk istirahat bagi para peziarah dari Yayasan Kraton Pamenang Kediri dan Yogyakarta.
4.      Masih dalam lokasi satu komplek telah dibangun wahana air yang berada di dekat Sendang Sani itu yang dikelola oleh Yayasan swasta perseorangan dari Juwana. Di dalamnya juga banyak terdapat wahana permainan-permainan, diantaranya yaitu adanya kolam renang bagi anak-anak dan orang dewasa, wahana bebek air, flying fox, dan kolam pemancingan, serta juga ada rumah makan yang senantiasa mengisi perut para pengunjung.  

 Let's see the last part,.. Part III,. next pages..

Categories: ,

Leave a Reply